“SEJARAH PERADABAN
ISLAM DI SPANYOL, SISILIA DAN DINASTI-DINASTI KECIL YANG SEMASA DENGAN BANI
ABBASYIYAH”
Disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah
SEJARAH PERADABAN ISLAM
Dosen Pembimbing :
Abdul Rohman,S.Ag.M.A
Ani Surani
Marti Widyaningsih
Nuryani
Sumaryani
Muh Zainudin
SEKOLAH TINGGI ILMU
TARBIYAH MUHAMMADIYAH WATES
Jalan Jambu 1, Wonosidi
Lor, Wates, Kulon Progo, Yogyakarta
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Spanyol
merupakan salah satu negara di eropa. Pada waktu itu Spanyol merupakan pusat
peradaban islam yang sangat penting, dan menyaingi Baghdad di Timur. Ketika itu
orang-orang Eropa Kristen banyak belajar di perguruan-perguruan tinggi Islam di
sana.
Spanyol
diduduki oleh umat Islam pada masa kepemimpinan Khalifah Al Walid (705-715 M),
salah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Selain itu
dalam proses penakhlukan Spanyol teradapat tiga pimpinan besar yang berjasa
dalam memimpin satuan-satuan perang, yakni Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad,
dan Musa ibn Nushair.
Sisilia merupakan
sebuah pulau di Laut Tengah, letaknya di sebelah selatan semenanjung Italia,
dipisahkan oleh selat Messina. Antara penakhlukan Sisilia dan Spanyol oleh umat
muslim pada awalnya sama-sama didorong untuk meluaskan islam, tetapi berbeda
dalam penerimaannya. Spanyol menerima
kedatangan Arab tanpa perlawanan yang berarti, kemudian memeluk islam.
sedangkan Yunani dan Latin di Sisilia memilih memberikan perlawanan gigih,
tidak tersedia begitu saja menyerahkan kota-kotanya, dan tidak mudah menerima
agama si penakhluk.
Dinasti-dinasti
yang semasa dengan Bani Abbasyiah terdiri dari dinasti berkebangsaan Persia,
Turki, Kurdi, Arab dan yang mengaku dirinya sebagai khilafah. Dinasti-dianasti
tersebut berusaha melepaskan diri dari kekuasaan Bahdad pada masa khalifah
Abbasiyah.
Dalam makalah
ini, kami hendak memaparkankan kembali sejarah peradaban islam di Spanyol,
Sisilia dan dinasti-dinasti yang semasa dengan dinasti Abbasyiah.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah perkembangan politik, kondisi sosial keagamaan, dan
perkembangan peradaban islam di Spanyol?
2.
Bagaimanakah perkembangan peradaban islam di Sisilia?
3.
Dinasti-dinasti apa sajakah yang semasa dengan Bani Abbasyiah?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami letak geografis, perkembangan
politik, kondisi sosial keagamaan, dan perkembangan peradaban islam di Spanyol.
2.
Mahasiswa dapat mengambil ibrah dari belajar sejarah
perkembangan politik, kondisi sosial keagamaan, dan perkembangan peradaban
islam di Sisilia.
3.
Mahasiswa dapat mengetahui dan mengambil manfaat dari
Dinasti-dinasti kecil yang semasa dengan Bani Abbasyiah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Islam di Spanyol
Agama islam adalah agama yang mudah oleh karena itu tidak diragukan
lagi apabila perkembangan islam begitu cepat di dunia. Di Asia dan Afrika,
pertumbuhan dan kemajuan islam begitu mudah tetapi di Eropa pertumbuhan islam
begitu pelan karena tidak mudah berdakwah kepada kaum sekulerisme.
Spanyol pada zaman duhulu pernah dikuasai oleh umat islam di masa
kejayaannya tahun 93-989 H/713-1492 M. Berarti lama sekali islam masuk di
Spanyol. Sudah pasti segala kebudayaan islam masih mengalami kemunduran, tetapi
bukan berarti setelah kemunduran itu islam lenyap sama sekali dari bumi
Spanyol.[1]
1.
Masuknya Islam di Spanyol
Semenanjung Iberia di Eropa, yang meliputi wilayah
Spanyol dan wilayah Spanyol dan wilayah Portugal sekarang ini, menjorok keselatan
ujungnya hanya dipisahkan oleh sebuah selat sempit dengan ujung benua Afrika.
Bangsa Grik Tua menyebutkan selat sempit itu dengan tiang-tiang Hercules dan
diseberang selat sempit itu sepanjang kenyataan memisahkan lautan tengah dengan
lautan Tengah dan lautan Atlantik.
Semenanjung Iberia, sebelum ditahklukan bangsa
Visighots pada tahun 507 M, didiami oleh bangsa Vandals. Justru wilayah
kediaman mereka itu disebut dengan Vandalusia. Dengan mengubah ejaannyadan cara
menyembunyikannya, bangsa arab pada masa belakangan menyebut semenanjung Iberia
itu dengan Andalusia[2].
Sejarah bangsa Vandal tidak banyak diketahui karena
sebelum mereka sempat berbuat banyak, pada permulaan abad keenam datanglah
bangsa Ghotia Barat merebut negeri itu dan mengusir bangsa Vandalusia ke
Afrika. Pada permulaan berdirinya kerajaan Ghotia di Spanyol merupakan kerajaan
yang sangat kuat, tetapi pada akhir pemerintahannya menjadi lemah dengan
berdirinya wilai yah-wilayah kecil sebagai akibat perpecahan dalam
pemerintahan.
Disamping itu, pejabat wilayah kerajaan banyak hidup
dalam kemewahan, sementara rakyat hidup dalam kemelaratan karena banyak dan
beratnya pajak yang harus mereka bayar. Hal tersebut menimbulkan kegelisahan di kalangan
rakyat, banyak di antara mereka yang mengeluh dengan keadaan
itu. Suasana yang demikian bertambah panas, ketika pejabat Ghotia Barat memaksa
penduduk yang beragama Yahudi agar masuk agama Nasrani. Orang-orang Yahudi
dikejar-kejar, dan untuk mencari keselamatan dirinya, banyak yang masuk agama
Nasrani walaupun dengan keadaan terpaksa. Dikarenakan tidak mempunyai kekuatan
untuk melawan, maka mereka hanya berdiam diri walaupun merasa menderita dengan
perlakuan tersebut. Namun dalam hati, mereka selalu mengharapkan suatu waktu
dapat melepaskan diri dari penguasa-penguasa yang zalim itu.
Sepeninggal Witiza terjadi perebutan kekuasaan antara
putra Witiza dengan Roderick, panglima Spanyol, yang ingin menjadi raja. Putra
Witiza merasa paling berhak menggantikan ayahnya. Namun, ia tidak mampu
menghadapi Roderick. Oleh karena itu, putra Witiza bersekutu dengan Grafff
Yulian yang sudah lama bermusuhan denngan Roderick. Bersekutunya dua kekuatanan
itu ternyata belum dapat mematahkan pertahanan Roderick. Oleh karena itu, untuk
menambah kekuatan, Graff Yulian meminta bantuan Musa bin Nushair yang menjabat
sebagai gubernur Afrika Utara dibawah pemerintahan Bani Umayyah di Damaskus.
Ada beberapa hal yang mendorong Musa bin Nushair
mengabulkan permohonan Graff Yulian, diantaranya adalah [3]:
a. Karena antara penduduk Spanyol dengan
Afrika Utara terlibat dalam suasana perang. Sebab penduduk Spanyol terutama
penduduk terutama yang beragama Kristen pernah melakukan beberapa kali
penyerangan terhadap daerah pantai Afrika yang sudah dikuasai oleh kaum
Muslimin.
b. Penduduk Spanyol pernah memberikan bantuan
kepada tenara Romawi dan berusaha menduduki beberapa daerah muslim di pantai
Afrika. Dasar pertimbangan itu dikemukakan Musa kepada khalifah Walid bin Abdul
Malik, sewaktu Musa minta izin untuk mengirimkan bantuan tentara Spanyol.
Khalifah menyetujui rencana Musa.
Spanyol diduduki umat Islam pada zaman Khalifah
Al-Walid (705-715 M), salah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di
Damaskus. Sebelum penahklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara
dan menjadikannya salah satu provinsi dari Dinasti Umayyah. Penguasaan
sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi pada zaman khalifah Abdul MAlik
(685-705 M). khalifah Abdl MAlik mengangkat Hasan bin Nu’man Al-Ghasssani
menjadi gubernur didaerah itu. Pada zaman khalifah Al-Walid, Hasan bin Nu’man
sudah digantikan oleh Musa bin Nushair. Di zaman Al-Walid itu, Musa bin Nusahair
memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Alzazair di Maroko. Selain
itu, ia juga menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar
di pegunungan-pegunungan, sehingga mereka menyatakan setia dan berjanji tidak
akan membuat kekacauan-kekacauan seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya.
Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan
Islam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan pasukan kewilayah
tersebut. Mereka adalah Tharif bin Malik, Thariq bin Ziyad, dan Musa bin
Nushair.
Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik.
Ia menyebrangi selat danberada siantara Maroko dan dengan benua Eropa itu
denagn satu pasukan perang, 500 orang diantaranya adalah tentara berkuda,
meereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian. Dalam penyerbuan
itu Tharif tidak dapat perlawanan yang berarti. Ia menag dan kembali ke Afrika
Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh
keberhasilan Tharif dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigoths
yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk
memperoleh harta rampasan perang, Musa bin Nushair pada tahun 711 M mengirim
pasukan ke Spanyol sebanyak 7000 orang dibawah pimpinan Thoriq bin Ziyad.
2.
Perkembangan Politik dan Masa Keemasan Muslim Spanyol
Sejak kemenangan islam, Spanyol dengan serta merta ikut
menyempurnakan keberhasilan mereka. Penakhlukan wilayah ini oleh Thariq ibn
Ziyad pada tahun 710 M tiak medndapatkan perlawanan yang berarti dari penguasa
mereka yang mana secara politis kekuatan pemerintah mereka berada dalam kondisi
yang lemah dimana posisi rakyatnya berlawanan dengan penguasannya.
Menurut Ajid Thohir dalam bukunya Perkembangan Peradaban di
Kawasan Islam setelah menjadi bagian dari wilayah islam, Spanyol diperintah
oleh wali-wali gubernur yang diangkat langsung oleh pemerintahan pusat oleh
Bani Umayyah I di Damaskus, sebagai bentuk pengakuan keberhasilan mereka.[4]
Sejarah panjang
umat Islam di Spanyol terbagi pada enam periode, yaitu:
a.
Periode Pertama
(711 -755 M) Spanyol di bawah pemerintahan Wali yang diangkat Khalifah di
Damaskus. Pada masa ini masih terdapat gangguan dari dalam, antara lain antar
elit penguasa akibat perbedaan etnis dan golongan. Antara Khalifah di Damaskus
dan Gubernur Afrika Utara di Kairawan saling mengklaim paling berhak menguasai
Spanyol, hingga terjadi pergantian Gubernur sebanyak 30 kali dalam waktu
singkat. Perbedaan etnis antara suku Barbar dan Arab menimbulkan konflik
politik sehingga tidak ditemukan figure yang tangguh.
b.
Periode
Kedua (755-912 M) Spanyol di bawah pemerintahan Amir namun tidak tunduk pada
pusat pemerintahan Islam yang saat itu dipegang Khilafah Bani Abbasiyah di
Baghdad. Amir pertama Abdurrahman I (ad-Dakhil) keturunan Bani Umayyah yang
lolos dari kejaran Bani Abbasiyah. Penguasa Spanyol periode ini:
1)
Abdurrahman
al-Dakhil, berhasil mendirikan masjid di Cordova dan sekolah-sekolah.
2)
Hisyam I,
berhasil menegakkan hukum Islam.
3)
Hakam I,
sebagai pembaharu bidang militer.
4)
Abdurrahman
al-Ausath, penguasa yang cinta ilmu.
5)
Muhammad
bin Abdurrahman
6)
Munzir bin
Muhammad Abdullah bin Muhammad
Pada abad ke-9, stabilitas negara terganggu
akibat gerakan Martyrdom Kristen fanatik yang mencari kesyahidan.Namun pihak
Gereja tidak mendukung gerakan itu karena pemerintah Islam mengembangkan
kebebasan beragama.Pemerintah menyediakan peradilan hukum khusus Kristen dan
tidak dihalangi untuk bekerja sebagai pegawai pada instansi militer. Gangguan
juga timbul akibat pemberontak di Toledo, percobaan revolusi yang dipimpin
Hafshun yang berpusat di pegunungan dekat Malaga, serta perselisihan orang
Barbar dan Arab.
c.
Periode
Ketiga (912-1013 M) Dimulai oleh Abdurrahman an-Nashir, Spanyol di bawah
pemerintahan bergelar Khalifah (mulai tahun 929 M). Bermula dari berita terbunuhnya
Khalifah al-Muqtadir oleh pengawalnya sendiri, menurutnya ini saat yang
tepat untuk memakai gelar Khalifah setelah 150 tahun lebih hilang dari
kekuasaan Bani Umayyah. Khalifah yang memerintah pada periode ini antara lain:
1)
Abdurrahman
al-Nashir (912-961 M) mencapai puncak kemajuan menyaingi kemajuan Daulah Bani
Abbasiyah di Baghdad. Ia mendirikan Universitas Cordova yang perpustakaannya
memiliki koleksi ratusan ribu buku.
2)
Hakam II
(961-976 M) seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan. Masyarakat menikmati
kesejahteraan dan kemakmuran karena pembangunan yang berlangsung cepat.
3)
Hisyam II
(976-1009 M) naik tahta pada usia sebelas tahun. Ia menunjuk Ibn Abi ‘Amir
(al-Manshur Billah) sebagai pemegang kekuasaan mutlak. Ia sangat ambisius dalam
melebarkan kekuasaannya. Ia wafat tahun 1002 M dan digantikan anaknya,
al-Muzaffar yang masih dapat mempertahankan kekuasaan. Setelah wafat tahun 1008
M, digantikan adiknya yang tidak memiliki kualitas sehingga negara menjadi
kacau dan hancur sehingga muncul kerajaan-kerajaan kecil. Hisyam II
mengundurkan diri tahun 1009 M dan tahun 1013 M Dewan Menteri yang memerintah
Cordova menghapus jabatan Khalifah.
d.
Periode Keempat
(1013-108 6 M) Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil
dibawah pemerintahan al-Muluk ath-Thawaif (raja-raja golongan) berpusat di
Seville, Cordova, Toledo dan sebagainya. Konflik internal antar raja terjadi
dan mereka yang bertikai sering meminta bantuan raja-raja Kristen.Orang-orang
Kristen yang melihat kelemahan ini pun memulai inisiatif penyerangan. Meski
situasi politik tidak stabil, namun pendidikan dan peradaban terus berkembang
karena para sarjana dan sastrawan terlindungi dari satu istana ke istana lain.
e.
Periode Kelima
(1086-1248 M) Meski terpecah dalam beberapa negara, terdapat kekuatan dominan
yaitu Dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan Dinasti Muwahhidun (1146-1235 M).
Dinasti Murabithun didirikan Yusuf bin Tasyfin di Afrika Utara. Memasuki
Spanyol tahun 1086 M dengan mengalahkan pasukan Castilia. Perpecahan di
kalangan Muslim menyebabkan Yusuf bin Tasyfin mudah menguasai Spanyol. Tahun
1143 M kekuasaannya berakhir karena para penggantinya lemah dan diganti DInasti
Muwahhidun yang didirikan Muhammad bin Tumart tahun 1146 M. Untuk beberapa
decade mengalami kemajuan dan setelah itu mengalami kemunduran akibat serangan
tentara Kristen di Las Navas de Tolessa 1212 M, di Cordova 1238 M, dan Seville
1248 M. Seluruh kekuasaan Islam lepas kecuali Granada.
f.
Periode Keenam
(1248-1492 M) Granada dikuasai Bani Ahmar (1232-1492 M) dan mengalami kemajuan
peradabanseperti masa Abdurrahman al-Nashir.Namun secara politik mereka lemah
karena perebutan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad tidak senang pada ayahnya
yang menunjuk anaknya yang lain menggantikan sebagai raja. Ayahnya terbunuh dan
diganti Muhammad bin Sa’ad. Abu Abdullah pun meminta bantuan Raja Ferdinand dan
Isabella yang akhirnya ia naik tahta. Namun Ferdinand dan Isabella ingin
merebut kekuasaan Islam dan dengan terus menyerang kekuasaan Islam.Abu Abdullah
menyerah dan hijrah ke Afrika Utara.Umat Islam dihadapkandua pilihan yakni
masuk Kristen atau pergi dari Spanyol.Tahun 1609 M tidak ada lagi umat Islam di
daerah ini.
Puncak kejayaan islam di Spanyol terjadi pada periode ketiga
(912-1013 M) dimulai dari pemerintahan Abd ar-Rahman III yang bergelar, “An
–Nasir”. Pada periode ini, Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar
khalifah. Penggunaan gelar ini bermula dari berita yang sampai kepada
Abdurrahman III, bahwa al Muktadir, khalifah daulat Bani Abbas di Baghdad
meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri . Khalifah-lhalifah besar yang
memerintah pada periode ini ada tiga orang yaitu Abd ar-Rahman, an-Nasir (912-961M),
Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II (976-1009). Pada periode ini umat islam
Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan, menyaingi kejayaan daulat
Abbasyiyah di Baghdad. Abd ar-Rahman an Nasir mendirikan universitas Cordova,
perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu buku.
3.
Kemajuan Peradaban di Spanyol
a.
Kemajuan Intelektual
1)
Fisafat
Perkembangan filsafat di Andalusia dimulai sejak abad ke-8 hingga
abad ke-10. Manuskrip-manuskrip Yunani
telah diteliti dan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Pada masa khalifh
Abbasiyah, Al-Manshur (754-755 M) telah dimulai aktifitas penerjemahan hingga
masa khalifah Al-Makmun (813-833 M). Pda
masanya banyak filsafat karya Aristoteles yang diterjemahkan.
Tokoh utama dan pertama dalam sejarah filsafat Arab Spayol adalah
Abu Bakar Muhammad bin As-Sayigh yang dikenal dengan Ibnu Bajjah. Masalah yang
dikemukakan bersifat etis dan eskatologis. Magnum opusnya adalah Tadbir
Al-Mutawahhid. Tokoh utama Kedua adalah Abu Bakr bin Thufail,karyanya
adalah Hayy bin Yaqzhan. Tokoh filsafat
Islam Spayol lainnya adalah Ibnu Rusyd yang di Eropa terkenal dengan Averros
dari Cordova (1126-1198 M), pengikut aliran Aristoteles. Di samping sebagai
tokoh filsafat, ia juga dikenal sebagai ulama fiqh penulis Bidaryat Al-
Mujtahid. Averros juga menulis buku kedokteran Al-Kulliyah fi Ath-Thib.
2)
Sains
Sains yang terdiri dari ilmu-ilmu kedokteran, fisika,matematika,
astronomi,kimia, botani,zoology, geologi, ilmu obat-obatan, juga berkembang
dengan baik.Dalam bidang sejarah dan geografi,
wilayah islam bagian barat melahirkan banyak pemikir terkenal. Beberapa
tokoh sains dalam bidang astronomi, yaitu Abbas bin Farnas, Ibrahim bin yahya
An-Naqqash, Ibnu Safar, Al-Bitruji. Dalam bidang obat-obatan, antara lain Ahmad
bin Iyas dari Cordova, Ibnu juljul, Ibnu Hazm, Ibnu Abdurrahman bin Syuhaid.
Adapun di bidang kedokteran, yaitu Ummul Hasan binti Abi Ja’far, seorang tokoh
dokter wanita. Dalam bidang geografi, yaitu Ibnu Jubar dari Valencia (1145-1228
M), Ibnu Batuthah dari Tangier (1304-1377 M)
pengeliling dunia sampai Samudra Pasai (Sumatra) dan Cina. Sedangkan
Ibnu Khaldun dari Tunis adalah perumus filsafat sejarah, penulis buku Muqodimah.
3)
Bahasa dan Sastra
Pada masa Islam
di Spayol banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, di antaranya : Ibnu
Sayyiddih, Muhammad bin Malik, pengarang Alfiyah (tata bahasa Arab),Ibnu Khuruf, Ibnu
Al-Hajj, Abu Ali Al-Isybili, Abu Al-Hasan bin Usfur dan Abu Hayyan Al-Garnathi.
Dalam bidang sastra banyak bermunculan, seperti Al-Aqd Al-Farid
karya Ibnu Abd Rabbih, Adz-Dzakirah fi Mahasin Ahl Al-Jazirah karya Ibnu
Bassam, Kitab Al-Qalaid karya Al-Fath bin Khaqan, dan lain-lain.
Kesusasteraan Spanyol muslim yang kaya dan pengaruhnya yang luas
telah diakui oleh para ilmuan.Banyak orang Afrika Utara masa kini masih
menganggap Al-Andalus sebagai Taman Eden yang hilang.
Ada suatu citra yang menarik dari puisi Muslim di
India ketika umat muslim mulai kehilangan kekuasaan di abad ke-19. Tema-temanya
serupa dengan puisi-puisi di Spanyol Muslim menyampaikan suatu pesan serupa
tentang hedoisme sebagai suatu obat penenang untuk mengurangi rasa sakit akibat
ketidaktentuan dan akibat kehilangan dan Sufisme sebagai suatu pelarian dari dunia
yang berubah dan bermusuhan. Nama-nama terkenal merefleksikan tema-tema ini
tapi dalam konteks bagian dunia mereka sendiri (Syair MIrza Ghalib)[5]
Sungai menghampar seperti lembaran perkamen
Dimana angin sepoi-sepoi menulis baris-barisnya
Dan ketika keindahan sungai terungkap dalam baris-baris itu
Dahan-dahan merunduk membacanya.
4)
Musik dan Kesenian
Musik dan kesenian pada masa Islam di Spayolsangat masyhur. Musik
dan seni banyak memperoleh apresiasi dari para tokoh penguasa istana. Tokoh
seni dan musik antara lain : Al-Hasan bin Nafi yang mendapat gelar Zaryab.
Zaryab juga terkenal sebagai pencipta lagu-lagu.
b.
Bidang Keilmuan Keagamaan
1)
Tafsir
Salah satu mufasir yang terkenal dari Andalusia adalah Al-Qurtubi.
Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakr bin Farh Al-Anshari Al-Khazraji Al- Andalusi
(wafat 1273 M). Adapun karyanya dalam
bidang tafsir adalah Al-jami’u li ahkam Alquran, kitab tafsir
yang terdiri dari 20 jilid ini dikenal dengan nama Tafsir Al-Qurtubi.
2)
Fiqh
Dalam bidang fiqh,Spayol Islam dikenal dengan penganut mahzab
Maliki. Adapun yang memperkenalkan mahzab ini di Spayol adalah Ziyad bin Abd
Ar-Rahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibnu Yahya yang menjadi
qadhi pada masa Hisam bin Abdurrohman. Para ahli fiqh lainnya adalah Abu Bakr
bin Al-Quthiyah, Muniz bin Sa’id Al-Baluthi, Ibnu Rusyd,penulis kitab Bidayah
Al-Mujtahid wa Nihayah Al-Muqtasid, Asy-Syatibi, penulis buku Al-Muwafaqat
fi Ushul Asy-Syari’ah (Ushul Fiqh), dan Ibnu Hazm.
c.
Kemajuan di Bidang Arsitektur Bangunan
Kemegahan
bangunan fisik Islam Spayol sangat maju dan mendapat perhatian dari umat dan
penguasa. Umumnya bangunan-bangunan di Andalusia memiliki nilai arsitektur yang
tinggi. Jalan-jalan sebagai alat transportasi dibangun, pasar-pasar dibangun
untuk membangun ekonomi. Demikian pula, dam-dam, kanal-kanal, saluran air, dan
jembatan-jembatan.
1)
Cardova
Cardova adalah ibu kota Spayol sebelum islam yang kemudian diambil
alih oleh Dinasti Umayyah. Kota Cardova oleh penguasa muslim dibangun dan
diperindah. Jembatan besar dibangun diatas sungai yang mengalir di atas kota.
Tamn-taman dibangun untuk menghiasi Ibu Kota Spayal Islam itu. Pohon-pohon yang
megah diimport dari Timur. Di seputar ibu kota berdiri istana-istana yang megah
yang semakin mempercantik pemandangan. Setiap istana dan taman diberi nama
tersendiri dan dipuncaknya terpancang istana
Damsik. Di antara kebanggaan kota Cordova lainnya adalah Mashed Cordova.
Kota Cordova memiliki 491 masjid.
2)
Granada
Granada adalah tempat pertahannan terakhir umat Islam di Spayol.
Disini berkumpul sisa-sisa kekuatan Arab dan pemikir Islam. Posisi Cordova
diambil alih oleh Granada di masa-masa akhir kekuasaan islam di Spayol.
Arsitektir-arsitektur bangunannya terkenal di seluruh Eropa. Istana Al-Hambra yang
indah dan megah adalah pusat dan puncak ketinggian arsitektur Spayol Islam.
Kisah tentang kemajuan pembangunan fisik ini masih bisa diperpanjang dengan
kota dan istan Al-Zahra, istan AlGazar, dan menara Girilda.
3)
Sevilla
Kota Sevilla dibangun pada masa pemerintahan Al-Muwahidin. Sevilla pernah menjadi ibu kota
yang indah bersejarah. Semula kota ini adalah rawa-rawa. Pada masa Romawi kota
ini bernama Romula Agusta, kemudian diubah menjadi Asyibiliyah
(Sevilla).Sevilla telah berada di bawah kekuasaan Islam selama lebih kurang 500
tahun. Salah satu bangunan masjid yang didirikan pada tahun 1171 pada masa
pemerintahan Sultan Yusuf Abu Ya’kub, kini telah berubah dari masjid menjadi
gereja dengan nama Santa Maria de la Sede. Kota Sevilla jatuh ke tangan raja Ferdinand
pada tahun 1248 M.
4)
Toledo
Toledo merupakan kota penting di Andalusia sebelumdikuasai Islam.
Ketika romawi menguasai kota Toledo, kota ini dijadikan ibu kota kerajaan. Dan
ketika Thoriq bin Ziyad menguasai Toledo tahun 712 M, kota ini dijadikan pusat
kegiatan umat islam, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan
penerjemahan.Toledo jatuh dari tangan umat islam setelah direbut oleh Raja
Alfonso VI dari Castilia. Beberapa bangunan peninggalan masjid di Toledo kini
dijadikan gereja oleh umat Kristen.
4.
Kehidupan Sosial Keagamaan
Toleransi ditegakkan oleh para penguasa terhadap penganut agama
Kristen dan Yahudi, sehingga mereka ikut
berpartisipasi mewujudkan peradaban Arab Islam Spanyol.
Meskipun ada persaingan yang sengit antara Abbasiyyah di Baghdad dan
Umayyah di Spanyol, hubungan budaya dari timur dan barat tidak selalu berupa
peperangan. Sejak Abad ke-11 M, dan seterusnya, banyak kalangan cendekiawan
mengadakan perjalanan dari ujung barat wilayah islam ke ujung timur, sambil
membawa buku-buku dan gagasan-gagasan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun umat
islam terpecah dalam beberapa kesatuan politik terdapat apa yang disebut
kesatuan budaya dalam islam.
5. Jatuhnya
Umat Muslim di Spanyol
Adapun menurut Badri Yatim[6]
sebab-sebab yang menjadikan kemunduran dan kehancuran islam Spayol antara lain
disebabkan :
a)
Konflik penguasa Islam dengan penguasa Kristen
b)
Tidak adanya idiologi pemersatu
c)
Karena kesulitan ekonomi
d)
Tidak jelasnya sistem
peralihan kekuasaan, dan
e)
Karena letaknya yang terpencil dari pusat wilayah dunia Islam yang
lain.
Alkisah ketika penguasa Muslim di Granada memasukki kota tersebut
setelah kemenangan dia dielu-elukan oleh rakyatnya sebagai El-Ghalib,
sang penahkluk. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya dalam kerendahan hati, mengucapkan, Wallah
Ghaliba Illallah, ‘ Allah sendirilah sang penahkluk. Ini menjadi moto
penguasa-penguasa Granada. Diukir dan diulangi berkali-kali dalam kaligrafi
yang indah, pada dinding-dinding Alhambra. Sesungguhnya ini merupakan ikhtisar
yang tepat atas sejarah Muslim di Spanyol. Berlalunya kekuasaan,kesementaraan
kehidupan.
Mengapa Alhambra dibiarkan utuh dan masjid Cordoba
begitu kejam dihancurkan? Alhambra adalah sebuah benteng dan dapat digunakan
kelak; mesjid cordoba, symbol utama keyakinan Muslim, harus diubah menjadi
gereja untuk kemenangan agama Kristen.
Setelah jatuhnya Granada pada tahun 1492 pendeta-pendeta Kristen memberi umat Muslim
dan Yahudi suatu pilihan yang mengerikan; pindah agama atau
tinggalkan wilayah itu. Tapi ketika mereka pindah agama mereka dicurigai dan
pada akhirnya dibakar hidup-hidup ditiang pembakaran sebagai converses.. umat
Muslim yang tersisa dan masuk agama Kristen,kaum Morisco, akhirnya dibuang
tahun 1609. Banyak yang terbunuh.
6.
Pengaruh Peradaban Spanyol di Eropa
Spanyol merupakan tempat paling utama bagi Eropa untuk menyerap
peradaban islam, baik dalam hubungan politik, sosial, maupun perekonomian dan
peradaban antarnegara.Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Spayol
berada di bawah kekuasaan Islam jauh di meninggalkan Negara-negara tetangganya
Eropa, terutama dalam pemikiran dan sains di samping bangunan fisik.
Tokoh Spayol Islam yang berpengaruh terhadap pemikiran di Eropa
adalah Ibnu Rusyd, yang dikenal di Eropa dengan Averros (1120-1198 M). Averros
dikenal sebagai orang yang melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan
kebebasan berpikir. Ia mengulas pemikiran Aristoteles dengan cara yang memikat
minat semua orang yang berpikiran bebas. Ia mengedepankan Sunattulloh menurut pengertian
Islam terhadap ajaran pantheisme dan anthropomorphismeKristen. Pengaruh Averros
demikian besar di Eropa, sehingga muncul gerakan Averroeisme (Ibnu Rusydisme)
yang menuntut kebebasan berpikir. Pihak gereja menolak pemikiran rasional yang
dibawa gerakan Averroeisme ini.
Dari gerakan Averroeisme inilah di Eropa kemudian lahir reformasi
pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M.[7]
Beberapa buku karya Ibnu Rusyd dicetak di Venesia tahun 1481, 1482, 1483, 1489,
dan 1500 M. Karya-karya Ibnu Rasyd juga diterbitkan pada abad ke-16 di Napoli,
Bologma, Lyons, dan Strasbourg, dan di awal abad ke-17 di Jenewa.
Pengaruh-pengaruh peradaban Islam, termasuk didalamnya pemikiran
Ibnu Rasyd ke Eropa berawal dari banyaknya pemuda-pemuda Kristen Eropa yang
belajar di berbagai Universitas Islam di Spayol, seperti Universitas Cordova,
Sevilla, Malaga, Granada, dan Smalanca. Selama belajar di Spayol, mereka aktif
menerl\jemahkan buku-buku karya ilmuan Muslim, Pusat penerjemhan buku adalah di
Toledo. Setelah pulang ke Negerinya mereka mendirikan sekolah dan Universitas
yang sama. Universitas pertama di Eropa adalah Universitas Paris yang didirikan
pada tahun 1231 M, tiga puluh tahun setelah wafatnya Ibnu Rasyd . Di akhir
zaman pertengahan Eropa, baru berdiri 18 Universitas, di dalam
Universitas-Universitas tersebut, ilmu yang mereka peroleh dari
universitas-universitas Islam diajarkan, seperti Ilmu kedokteran, ilmu pasti
dan filsafat. Pemikiran filsafat yang paling banyak dipelajari adalah pemikiran
Al-Farabi, Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd.[8]
B.
Islam di Sisilia
1.
Letak Geografis Sisilia
Sisilia adalah pulau di Laut Tengah, letaknya di sebelah selatan
semenanjung Italia, dipisahkan oleh selat Messia. Pulau ini bentuknya mendekati
segitiga dengan luas ±25.708 km2 . Sebelah utara terdapat teluk Palermo dan
Italia, sebelah Timur terletak teluk Catania. Belahan baratnya berbukit-bukit
memanjang. Lereng gunungnya ditumbuhi berjenis-jenis tanaman keras dan hutan.
Pulau ini dibagi menjadi tiga bagian : Val di Mazara Val di Noto dan Val
Demone. Islam telah menjadi agama resmi di Val Mazara, sedang di dua bagian yang lain kebanyakan
penduduknya Kristen.
Sebelum dikuasai Islam, pulau ini di bawah kekuasaan Byzantium.
Mereka menjadikan pulau ini sebagai markas tentara untuk mengahadapi orang
islam. Sebagaimana diketahui, daulah Umawiyah terutama khalifah Muawiyah bin
Abu Sufyan mengepung kota Konstantinopel menguasai Afrika Utara dan mengusai
pulau-pulau di Laut Tengah. Untuk menghadapi umat islam, kaisar Konstantinopel
II dari Byzantium sengaja datang tahun 662 M untuk mempertahankan semenanjung
Italia dan pulau Sisila dari ancaman Islam, namun ia terbunuh.
2.
Penakhlukan Sisilia oleh umat islam
Usaha untuk menjadikan pulau Sisilia menjadi wilayah Islam telah
dimulai sejak khalifah Usman Bin Affan mengirimkan gubernur Muawiyah bin Abi
Sufyan menyerang pulau-pulau di Laut Tengah, termasuk Sisilia, pada tahun 652
M.
Serangan
kedua dilakukan pada tahun 667 M setelah Muawiyah menjadi khalifah. Pada zaman
Abd Malik juga dilakukan serangan, selanjutnya
pada zaman Al-Walid bin Abdul Malik. Gubernur Afrika Utara, Musa bin Nushair
setelah berhasil menguasai Andalus/Spanyol juga menyerang Sisilia di bawah
pimpinan anaknya, Abdullah. Setelah itu terjadi penyerangan yang tidak
terkoordinir seperti pada tahun 724-740 M. Penyerangan serupa terjadi silih
berganti, namun belum berhasil, hanya mendapatkan harta rampasan perang.
Barulah penakhlukan itu berhasil setelah comander Euphemius seorang pangeran
dan komandan angkatan laut Byzantium mengundang Ziyadatullah, gubernur ketiga
dinasti Aghlabb, untuk mengadakan intervensi ke Sisilia.
3.
Kedudukan
sisilia dalam tranformasi pemikiran
Sebagai titik temu dua wilayah yang berbeda , Sislia
secara khusus beradaptasi untuk brtindak sebagai perantara dalam proses peralihan
khazanah pengetahuan kuno dan pengetahuan pertengahan adalah di sislia pada
1160 terjemahan pertama buku berjudul almagest terbit dalam bahasa latin.
Dirterjemahkan langsung dari bahasa yunani oleh seorang penduduk sisilia yang
cakap berbahsa yunani.wiliam tidak hanya menyokong Proyek penterjemahan
dari bahasa arab ,ia juga mendorong para penterjemah langsung dari bhasa
yunani.
Orang –orang yahudi di Sisilia , sebagimana di
Spanyol , berperan penting dalam proyek penterjemahan ini.meskipun bebrapa buku
berbahasa arab dan yunani di terjemahkan lagi di toledo dan hasilnya
lebih baik, tetap saja sumbangan sisilia sangat bernilai penting,
Karena raja-raja normandia dan para penerusnya
di sisilia tidak hanya berkuasa atas kepulaan itu.jejak jejak pengetahuan arab
bisa di dapatkan dengan jelas disebelah utara alps. Misalnya rancangan compali
yang bercorak renaisne bisa dikatakan di pengaruhi oleh corak arsitekture
menara bundar yang tersebar di afrika utara.
Pada awal abad ke 13 produksi sutra telah menjadi
industri di beberapa kota italia.para perajin di sana mengekspor produk-produk
tiruan dari Sisilia ke berbagai negara eropa. Kebutuhan orang eropa terhadap
tekstil dari timur itu sangat besar sehingga ada suatu masa ketika orang-orang
eropa merasa belum bersempurna berpakaian jika tidak memiliki paling
tidak satu setel pakaian semacam itu.
Selama abad ke -15 ketika orang –rang kaya di
Venesia sedang gencar-gencarnya mengadopsi dan menyebrakan gaya serta
corak islam dalam kesenian.lebih jauh Venesia menjadi pusat industri
lain.. Karajianan melapisi kuningan dengan emas perak atau tembaga merah itu
merupakan satu bidang seni yang berkembang utamanya di mosul pada abad ke -12
Secara keseluruhan, Sisilia sebagai mediator
kebudayaan muslim biasa menklaim dirinya sebagai pusat kebuyaan paling penting
kedua setelah Spanyol dan sedikit lebih tinggi dari tingkat peradaban di Siriah
pada masa gejolak perang salib[9]
C.
Dinasti-dinasti Kecil Yang
Semasa Dengan Bani Abbasyiah
1. Dinasti Idrisi di Maroko (172 H-375 H / 788
M-985 M)[10]
Kerajaan ini didirikan oleh Indris bin
Abdullah, cucu Hasan putra Ali. Dia adalah salah seorang tokoh bani Alawiyyin
(nisyah Ali bin Abu Thalib). Pada tahun 172 H/788 M, Idris dilantik sebagai
imam, dan terbentuklah kerajaan Idrisi dengan ibu kota Walila. Namun masa
pemerintahannya hanya bertahan selama 5 tahun.
Selanjutnya Idris bin Idris bin Abdullah (Idris
II) menggantikan ayahnya sebagai pemerintah (177 H/793 M). Dengan pusat
pemerintahannya dipindahkan ke Fes sebagai Ibu kota yang baru pada tahun 192
H.Ketika Idris II wafat, Pemerintahannya diganti oleh
Muhammad Al-Muntashir (213 H / 828 M). Pada
masa ini, kerajaan Idrisi berpecah-pecah. Akibatnya kerajaan menjadi lemah,
terutama selepas Muhammad Al-Muntashir meninggal, pemerintahannya semakin
rapuh.Kerajaan indrisi adalah kerajaan Syiah pertama dalam sejarah. Zaman
kerajaan Indrisi (172-314 H/789-926 M) adalah suatu jangka waktu yang cukup
lama dibandingkan dengan kerajaan-kerajaan yang lain. Dalam aspek dakwahnya,
Idrisi yang membawa Islam dan mampu meyakinkan penduduk Maroko dan sekitarnya.
2. Dinasti Aghlabi (184 H-296 H / 800 M-908 M).
Dinasti Aghlabiyah adalah salah satu Dinasti
Islam di Afrika Utara yang berkuasa selama kurang lebih l00 tahun (800-909 M).
Wilayah kekuasaannya meliputi Ifriqiyah, Algeria dan Sisilia. Dinasti ini
didirikan oleh Ibnu Aghlab.
Aghlabiyah memang merupakan Dinasti kecil pada
masa Abbasiyah, yang para penguasanya adalah berasal dari keluarga Bani
al-Aghlab, sehingga Dinasti tersebut dinamakan Aghlabiyah. Awal mula
terbentuknya Dinasti tersebut yaitu ketika Baghdad di bawah pemerintahan Harun
ar-Rasyid. Di bagian Barat Afrika Utara, terdapat dua bahaya besar yang
mengancam kewibawaannya. Pertama dari Dinasti Idris yang beraliran Syi’ah dan
yang kedua dari golongan Khawarij.Dengan adanya dua ancaman tersebut
terdoronglah Harun ar-Rasyid untuk menempatkan bala tentaranya di Ifrikiah di
bawah pimpinan Ibrahim bin Al-Aghlab. Setelah berhasil mengamankan wilayah
tersebut, Ibrahim bin al-Aghlab mengusulkan kepadaHarun ar-Rasyid supaya
wilayah tersebut dihadiahkan kepadanya dan anak keturunannyasecara permanen.
Karena jika hal itu terjadi, maka ia tidak hanya mengamankan dan memerintah
wilayah tersebut, akan tetapi juga mengirim upeti ke
Baghdad setiap tahunnya sebesar 40.000 dinar.
Harun ar-Rasyid menyetujui usulannya, sehingga berdirilah Dinastikecil
(Aghlabiyah) yang berpusat di Ifrikiah yang mempunyai hak otonomi penuh.
Meskipundemikian masih tetap mengakui akan kekhalifahan Baghdad .Pendiri
Dinasti ini adalah Ibrahim ibn al-Aghlab pada tahun 800 M. Pada tahun itu
Ibrahim diberi provinsi Ifriqiyah (Tunisia Modern) oleh Harun al-Rasyid sebagai
imbalan atas pajak tahunan yang besarnya 40.000 dinar dan meliputi hak-hak
otonom yang besar. Untuk menaklukkan wilayah baru dibutuhkan suatu proses yang
panjang dan perjuangan yang besar, namun tidak seperti Ifriqiyyah yang sifatnya
adalah pemberian.Dinasti Aglabiyah berkuasa kurang lebih dari satu abad, mulai
dari tahun 800-909 M.
Nama Dinasti Aglabiyah ini diambil dari nama
ayah Amir yang pertama, yaitu Ibrahim bin al-Aglab. Ia adalah seorang pejabat
Khurasan dalam militer Abbasiyah. Pada tahun 800 M. Ibrahim I diangkat sebagai
Gubernur (Amir) di Tunisia oleh Khalifah Harun ar-Rasyid. Karena ia sangat
pandai menjaga hubungan dengan Khalifah Abbasiyah seperti membayarpajak tahunan
yang besar, maka Ibrahimi I diberi kekuasaan oleh Khalifah, meliputi
hakhakotonomi yang besar seperti kebijaksanaan politik, termasuk menentukan
penggantinyatanpa campur tangan dari penguasa Abbasiyah. Hal ini dikarenakan
jarak yang cukup jauhantara Afrika Utara dengan Bagdad. Sehingga Aglabiyah
tidak terusik oleh pemerintahanAbbasiyah.
Para penguasa Dinasti Aghlabiyah yang pernah
memerintah adalah sebagai berikut :
a.
Ibrahim
(179 H/795 M)
b.
Abdullah
I (197 H/812 M)
c.
Ziyaadatullah
(210 H/817 M)
d.
Abu
Ilqal Al-Aghlab (223 H/838 M)
e.
Muhammad
I (226 H/841 M)
f.
Ahmad
(242 H/856 M)
g.
Ziyaadatullah
II (248 H/863 M)
h.
Abu
Al-gharaniq Muhammad II (250 H/863 M)
i.
Ibrahim
II (261 H/875 M)
j.
Abdullah
II (289 H/902 M)
k.
Ziyaadatullah
III (290-296 H/903-909 M)
Aghlabiyah adalah pembangun yang penuh
semangat. Di antara bangunan-bangunan peninggalan Aghlabiah adalah:
1)
Pembangunan kembali Masjid Agung Qayrawan oleh
Ziyadatullah I
2)
Pembangunan
Masjid Agung Tunis oleh Ahmad.
3)
Pembangunan
karya-karya pertanian dan irigasi yang bermanfaat, khususnya di Ifriqiyah
selatan yang kurang subur.
Menjelang akhir abad IX, posisi Aghlabiah di
Ifqriqiyah menjadi merosot. Hal inidisebabkan karena amir terakhirnya yaitu
Ziyadatullah III tenggelam dalam kemewahan (berfoya-foya), dan seluruh
pembesarnya tertarik pada Syi’ah, juga propaganda Syi’iah, Abu Abdullah.
Perintis Fatimiyah, Mahdi Ubaidillah mempunyai pengaruh yang cukup besar di
Barbar, yang akhirnya menimbulkan pemberontakan militer, dan Dinasti Aghlabiyah
dikalahkan oleh Fatimiyah (909 M), Ziyadatullah III diusir ke Mesir setelah
melakukan upaya-upaya yang sia-sia demi untuk mendapatkan bantuan dari Abbasiah
untuk menyelamatkan Aghlabiah.
3. Dinasti Thulun di Mesir (254 H-292 H / 868
M-967 M)
Tuluniyah adalah sebuah dinasti yang muncul dan
berkuasa di Mesir dan Suriah, independent dari khalifah-khalifah Abbasiyah. Ia
merupakan sebuah kerajaan yang mendapat kuasa otonomi dari kerajaan pusat di
Bagdad. Kerajaan ini memerintah Mesir dan Suria di antara tahun 254 – 292 H /
868 – 905 M dan pendirinya ialah Ahmad bin Tulun, seorang panglima Turki.
Pendiri Dinasti Thulun yang berumur pendek
(Daulah 868-905) di Mesir dan Suriah adalah Ahmad Ibn Thulun. Ahmad bin Thulun
Lahir 23 Ramadhan 220 abad ke-3 Hijriah.
Dinasti Thulun adalah dinasti kesultanan Mesir
pertama dan berhasil memasukkan Syria ke dalam wilayah kekuasaannya. Awal garis
keturunan Thulun adalah seorang budak yang dihadiahkan kepada Khalifah Ma’mun
dari Dinasti Abbasiah oleh seorang penguasa dari Bukhara.
Putra Thulun, yaitu Ahmad bin Thulun mendirikan
dinasti raja-raja yang berkuasadiMesir danSyria dari tahun 254 hingga 292 H.
Kemampuan militernya yang menonjol menjadikanThulun terpilih sebagai anggota
pasukan khusus pengawal Khalifah. Meski termasuk dalam jajaran pembesar
militer, literatur sejarah tak pernah mencatat keterlibatanThulun dalam
peristiwa revolusi yang dilakukan oleh budak-budak berkebangsaan Turki
(Mamalik) pasca meninggalnya al-Mu’tashim tahun 842 M.
Ayahnya adalah seorang turki dari Farghanah,
Pada 817 dipersembahkan oleh penguasa Samaniyah di Bukhara sebagai hadiah untuk
al-Ma’mun. Pada 868, Ahmad berangkat ke Mesir sebagai pimpinan tentara untk
gubernur mesir. Di sini ia segera berusaha mendapatkan kemerdekaan dirinya.
Ketika menghadapi tekanan keuangan karena adanya pembrontakan wangsa zanj,
Khalifah al-Mu’tamid (870-892) meminta bantuan finansial kepada komandan
pasukannya yang orang mesir itu, tetapi permintaan itu tidak dipenuhi.
Peristiwa ini menjadi titik balik yang mengubah sejarah kehidpan Mesir
selanjutnya. Peristiwa ini juga menandai bangkitmya sebuah Negara merdeka
dilembah sungai Nil yang kedaulatannya bertahan selama abad pertengahan.
Pada tahun 254 H/868 M, Ibn Tulun dihantar ke
Mesir sebagai wakil pemerintahan. Semasa Baghdad mengalami krisis, Ibn Tulun
memanfaatkan situasi ini dan kemudian melepaskan Baghdad.Dalam membangun
negeri, beliau menciptakan stabilitas keamanan dalam negeri. Selepas itu ia
memperhatikan juga, di bidang ekonomi. Dalam bidang keamanan, ia membangun angkatan
perang, dengan kekuatan tentaranya, memperluas wilayahnya hingga ke
Syam.Selepas Ibn Tulun (279 H/884 M), kepemimpinan diteruskan oleh Khumarawaih
(270 H/884 M), Jaisy (282 H /896 M), Harun (283 H/896 M) dan Syaiban (292 H/905
M).
Kematian Khumarawih pada 895 (282H) merupakan
awal kemunduran dinasti itu. Persaingan yang hebat antara unsure-unsur pembesar
dinasti telah memecah persatuan dalam dinasti. Amir yang ketiga, Abu al-Asakir
bin khumarawih, dilawan oleh sebagian pasukannya dan dapat disingkirkan
(896/283 H) Adiknya yang baru berusia 14 tahun, Harun bin Khumarawih, diangkat
sebagai amir yang keempat. Akan tetapi kelemahan sudah sedemikian rupa,
sehingga wilayah syam dapat direbut oleh pasukan Qaramitah. Amirnya yang kelima
, Syaiban bin Ahmad bin thulun, hanya 12 hari saja memerintah, karena ia
menyerah ke tangan pasukan Bani Abbas yang menyerang Mesirpada 905 (292H), dan
demikian berakhirlah riwayat dinasti Thuluniyah.
4. Dinasti Ikhsyidiyah (323 H- 357 H / 934 M-967
M)
Dinasti Ikhsyidiyah berdiri pada tahun
323-358M.yang didirikan oleh Muhammad Ibn Tugj yang berasal dari Turki,berkuasa
di Mesir setelah Tuluniyah.Ibn Tugj menjadi gubernur Mesir sebagai hadiah dari
Abbasiyah setelah dapat mempertahankan wilayah Nil itu dari serangan kaum
Fatimiyah yang berpusat diAfrika Utara.Ia diberi gelar Ikhsyid yang berarti
pangeran atau penguasa menurut istilah yang biasa dipakai di Sogdia dan
Fargana,oleh khalifah ar-Radi yang Abbasi itu.Ia mempertahankan gelar Amir
al-Umara,panglima tertinggi bagi khalifah.Serangan bertubi-tubi dari Fatimiyah
sepanjang pemerintahan Ikhsyidiyah menyebabkan dinasti ini tidak lama memegang
tampuk kekuasaan di Mesir,dan pada akhirnya Ikhsyidiyah menyerah kalah terhadap
Fatimiyah yang telah menguat di Afrika Utara,di bawah panglimanya,Jauhar
as-Siqili.
Pada tahun 358 H/969 M, kerajaan Ikhsidi
berakhir .Sejarah sumbangan kerajaan ini , ilmu pengetahuan dan budaya,
lahirlah ilmuan seperti abu Ishaq al-Mawazi, Hasan ibn Rasyid al-Mishri dll.
Ikhsidi juga mewariskan bangunan megah seperti Istana al-Mukhtar di Raudah dan
Taman Bustan al-Kafuri.
5. Dinasti Hamdaniyah (317 H – 399 H / 929 M –
1009 M)
Ketika
kerajaan Ikhsidi berkuasa di Utara Mesir, muncul kerajaan lain yaitu kerajaan
Hamdani yang berpaham Syiah. Nama kerajaan berasal dari nama pendirinya yaitu,
Hamdan ibn Hamdun, yang berasal dari suku Arab Taghlib. Kerajaan ini terbagi
menjadi dua pihak, Mosul dan Aleppo.
Pihak Mosul dengan para
pemerintahannya :
a.
Abu al-Hayja Abdullah (293 H/905 M)
b.
Nashir
al-Daulah al-Hasan (17 H/929 M)
c.
Uddad
al-daulah Abu taghlib (358 H/ 969 M)
d.
Ibrahim
dan Al-Husein (379-389 H/981-991 M)
Pihak
Alleppo dengan pemerintahannya seperti :
1)
Saif
al-daulah Ali (33 H/945)
2)
Sa’d
al-daulah syarif I (356 H/967 M)
3)
Sa’id
al-daulah sa’id (381 H/991 M)
4)
Ali II
(392 H /1002 M)
5)
Syarif
II (394 H/1004 M)
Kerajaan
Hamdani terkenal sebagai pelindung sastera Arab terutama Saif al-Daulah.
Beberapa tokoh ternama seperti al-Farabi, Al-Isfahani dan Abu al-Firus.
Kerajaan Hamdani adalah benteng kekuatan dari pada serangan Rom ke wilayah
kekuasaan islam.
Selepas
tahun 356 H dan 358 H, kerajaan Hamdani merosot dari tangan-tangan
penggantinya. Pada umumnya mereka saling berebut kekuasaan antara keluarga
sendiri. Akibatnya mereka jatuh ke tangan Kerajaan Fatamiah.
6. Dinasti Qaramitah.
Qirmit bermakna melangkah pendek apabila
berjalan. Ini kerana Hamdan dilihat pada zahirnya sebagai seorang yang bersifat
zuhud dan fakir. Dia menetap di kampung daerah Teluk Parsi dengan mendirikan
sebuah kawasan dan menamakannya dengan Darul Hijrah kononnya mengikut contoh
nabi. Selepas berjaya mendapat pengaruh, dia menyebarkan ajarannya di daerah
sekitarnya. Dinasti Qaramitah dimulai di tahun 874 M olah Hamdan Qirmit. Ia
seorang penganut fahamSyi'ah Ismailiah di Irak.Di tahun 899 M kaum Qaramitah
ini dapat membentuk negara merdeka di Teluk Persia, yang kemudian menjadi pusat
kegiatan merekadalam menentang kekuasaan Bani Abbas. Di tahun 930 M, serangan
serangan mereka meluas sampai sejauh Mekkah. Sewaktu pulang mereka bawa lari
al-Hajr al-Aswad yang dikembalikan baru dua puluh tahun kemudian.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Kekuasaan Islam di Spanyol
a. Spanyol
diduduki umat Islam pada zaman Khalifah Al-Walid (705-715 M), salah seorang
khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus.
b. Puncak kejayaan
islam di Spanyol terjadi pada periode ketiga (912-1013 M) dimulai dari
pemerintahan Abd ar-Rahman III yang bergelar, “An –Nasir”. Pada periode ini,
Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar khalifah.
c.
Kemajuan peradaban di Spanyol terdiri atas; kemajuan intelektual,
keagamaan, dan arsitektur bangunan.
d.
Toleransi ditegakkan oleh para penguasa terhadap penganut agama
Kristen dan Yahudi, sehingga mereka ikut
berpartisipasi mewujudkan peradaban Arab Islam Spanyol.
e.
Jatuhnya kekuasan islam di Spanyol cenderung karena dari beberapa
faktor yang berasal dari faktor internal kekuasaan.
f. Tokoh Spayol
Islam yang berpengaruh terhadap pemikiran di Eropa adalah Ibnu Rusyd, yang
dikenal di Eropa dengan Averros (1120-1198 M).
2.
Sisilia adalah pulau di Laut Tengah, letaknya di sebelah selatan
semenanjung Italia, dipisahkan oleh selat Messia. Pulau ini bentuknya mendekati
segitiga dengan luas ±25.708 km. Usaha untuk menjadikan pulau Sisilia menjadi wilayah
Islam telah dimulai sejak khalifah Usman Bin Affan mengirimkan gubernur Muawiyah
bin Abi Sufyan menyerang pulau-pulau di Laut Tengah, termasuk Sisilia, pada
tahun 652 M.
3.
Dinasti-dinasti kecil yang semasa dengan Bani Abbasiyah yakni Dinasti Idrisi
di Maroko, Dinasti Aghlabi, Dinasti Thulun di Mesir, Dinasti Ikhsyidiyah, Dinasti
Hamdaniyah, dan Dinasti Qaramitah.
B.
Saran
Setelah menyusun makalah dari beberapa sumber yang ada, maka dapat
kami ambil beberpa hikmah dari belajar sejarah. Dari sejarah peradaban islam di
Spanyol dapat kita ketahui bahwa Islam pernah berjaya di Spanyol, Seyogyanya
setelah pembelajaran sejarah ini, semoga menambah semangat untuk kami generasi
islam agar bisa merebut kembali kejayaan yang pernah diperoleh di masa yang
lau.
C.
Penutup
Alhamdulillah kami ucapkan atas terselesaikannnya makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan kemanfaatan bagi pemakalah pada khususnya
dan pembaca pada umumnya dalam menambah khazanah pengetahuan dalam mata kuliah
Sejarah Peradaban Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed,
Akbar S. Rekontruksi Sejarah Islam di Tengah Pluralitas Agama dan Peradaban.
(2003). Yogyakarta:Fajar Pustaka
Poeradisastra,
S.I.Sumbangan Islam kepada Ilmu dan Peradaban Modern. (1986).Jakarta:
P3M
Syoeod, Yoesoef . Kekuasaan Islam di Andalusia.(1984). Jakarta: Penerbit Maju
Syukur,
Fatah . Sejarah Peradaban Islam Cet.$. (2012). Semarang: PT Pustaka Riski Putra
Yatim, Badri Sejarah peradaban Islam. (2010). Jakarta :
Rajawali Pers
http://yusup-alba.blogspot.com/2012/04/islam-di-sisilia.html diakses pada tanggal 3 Maret 2014
http://referensiagama.blogspot.com/2011/01/berdirinya-dinasti-dinasti-kecil-pada.html diakses pada tanggal 3 Maret 2014
[1] Fatah Syukur,Sejarah Peradaban Islam Cet.4, (Semarang: PT
Pustaka Riski Putra,2012),hlm.121
[4] Ibid.,hlm.124
[5]Akbar S. Ahmed, Rekontruksi Sejarah Islam di Tengah Pluralitas Agama
dan Peradaban, (Yogyakarta:Fajar Pustaka,2003),hlm.104
[6] Badri Yatim,Sejarah peradaban Islam, (Jakarta : Rajawali
Pers,2010),hlm. 107.
[7] S.I. Poeradisastra, Sumbangan Islam kepada Ilmu dan Peradaban
Modern, Jakarta: P3M, 1986, hlm.67.Lihat juga Dr.Badri Yatim,M.A., Sejarah
Peradaban Islam, hlm.109.
[8] Opcit, hlm.109.
[10]
http://referensiagama.blogspot.com/2011/01/berdirinya-dinasti-dinasti-kecil-pada.html
diakses pada tanggal 3 Maret 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar