GERAKAN PEMBAHARUAN DI MESIR
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Pemikiran Modern Dunia Islam
Dosen
: Hanif Cahya AK,S.Ag.M.A
oleh:
Enjangwikantini 11-01-1355
SEKOLAH TINGGI ILMU
TARBIYAH MUHAMMADIYAH WATES
Jl Jambu No 1, Wonosidi Lor, Wates,
Kulonprogo, D.I.Yogyakarta
2014
GERAKAN
PEMBAHARUAN DI MESIR
A
LATAR BELAKANG MUNCULNYA
PEMBAHARUAN DI MESIR
Mesir sebelum dikuasai oleh Napoleon berada dibawah kekuasaan kerajaan
Turki Usmani.Meskipun begitu,karena semakin melemahnya kekuasaan sultan-sultan
di kerajaan Turki Usmani,Mesir melepaskan diri dari kekuasaan yang berpusat di
Istambul dan menjadi daerah otonom.Kerajaan Turki Usmani masih mengirim pasya
Turki ke Kairo sebagai wakil dalam memerintah daerah ini,namun kekuasaan sebenarnya
ada dibawah kendali kaum Mamluk.
Kaum Mamluk berasal dari budak-budak yang dibeli di Kaukasus,suatu daerah
pegunungan yang terletak di batasan antara Rusia dan Turki.Mereka dibawa ke
Istambul atau ke Kairo untuk diberi didikan militer.Dalam perkembangan
selajutnya kedudukan mereka meningkat.Diantaranya ada yang dapat mencapai
jabatan militer tertinggi.[1]
Pemimpin mereka disebut Syekh Al Balad,Namun karena mereka bertabiat
kasar dan biasanya berbahasa Turki dan tidak bisa berbahasa Arab,hubungannya dengan
rakyat tidak begitu baik.Hal ini salah satu faktor yang menyebabkan mudahnya
tentara Napoleon menguasai daerah Mesir.
Perancis waktu itu adalah sebuah negara yang cukup besar dan menjadi
saingan Inggris.Tujuan Napoleon menguasai Mesir adalah untuk memutus hubungan
Inggris dan India. Disamping itu Mesir adalah daerah yang cukup baik untuk
memasarkan hasil produksi Perancis.Napoleon juga mempunyai misi pribadi untuk
mengikuti jejak Alexander yang pernah berhasil menguasai Eropa dan Asia sampai
ke India.
Napoleon mendarat di Alexandria pada tanggal 2 Juni 1798,dan esokharinya
kota pelabuhan ini dapat dikuasaai.Tiga minggu setelahnya.Napolen dapat
menguasai Mesir.Kaum Mamluk lari ke Kairo,namun karena tidak mendapat sokongan
dari rakyat,mereka lari ke Mesir selatan.Setelah menguasai Mesir,Napoleon
menyerang Palestina.Akan tetapi setelah sampai di Palestina ternyata sedang
berjangkit penyakit kolera,sehingga banyak tentara Perancis yang meninggal
dunia.
Napoleon meninggalkan Mesir pada 18 Agustus 1799 dan ekspedisi yang
dibawanya ditinggalkan dibawah pimpinan Jendral Kleber.Dalam pertempuran yang
terjadi dengan armada Inggris,tentara Perancis mengalami kekalahan ,sehingga
pada tanggal 31 Agustus 1801,ekspedisi yang dibawa Napoleon meninggalkan Mesir.
Meskipun masa penguasaan Napoleon atas Mesir hanya berlangsung sekitar
tiga tahun ,namun pengaruhnya sangat banyak bagi kehidupan di Mesir.Dalam
ekspedisi Napoleon terdapat 167 ahli dalam berbagai bidang pengetahua.Napoleon
juga membawa dua set mesin cetak dengan huruf
latin,Arab dan Yunani.
Untuk kepentingan ilmu pengetahuan ,Napoleon membentuk lembaga ilmiah
yang diberi nama”Institut de Egypte”didalamnya terdapat empat bidang
pengetahuan yaitu Ilmu pasti,Ilmu Alam,Ekonomi,Politik dan Seni Sastra.[2]
Publikasi yang diterbitakan lembaga ini
bernama La Decade Egyptienne.Disamping itu ada satu majalah ,Le Courrier
d’Egypte yang diterbitkan oleh Marc Auriel.Sebelum kedatangan ekspedisi ini
orang Mesir belum mengenal percetakan dan majalah.
Institut de Egypte boleh dikunjungi oleh orang Mesir.Dari sinilah terjadi
persentuhan orang Mesir dengan peradapan barat yang menakjubkan bagi mereka
dengan alat alat ilmiah seperti teleskop,mikroskop dan sebagainya.Selain
kemajuan pengetahuan ,Napoleon juga membawa ide-ide baru yang dihasilkan oleh
revolusi Perancis diantaranya; sistem pemerintahan republik yang didalamnya
kepada negara dipilih untuk waktu tertentu,tunduk pada undang-undang dan dapat
dijatuhkan oleh parlemen,sistem persamaan dinama rakyat didikutsertakan dalam
soal pemerintahan,serta ide tentang kebangsaan (nation).
B
TOKOH-TOKOH PEMBAHARUAN DI
MESIR
1.
Muhammad Ali Pasha(1765-1849)
Muhammad Ali Pasya adalah orang Turki kelahiran.Dia bekerja
sebagai pemungut pajak.Karena prestasi kerjanya yang baik ia menjadi kesayangan
Gubernur setempat dan kemudian menjadi menantu Gubernur tersebut.Kemudian dia
menjadi anggota militer dan menunjukkan kecakapan dalam menjalankan tugas dan
diangkat menjadi perwira.
Dia adalah salah satu perwira yang turut dikirim ke Mesir
untuk menghadapi tentara Napoleon.Dalam pertempuran dengan tentara Napoleon
tahun 1801,Muhammad Ali Pasya menununjukan keberanian yang luar biasa dan
diangkat menjadi kolonel.
Setelah kepergian tentara Napoleon ,Kaum Mamluk kembali ke
Mesir untuk mengambil kekuasaan.Sementara itu juga dikirim Pasya dari
Turki.Muhammad Ali Pasya mengadu domba keduanya dan berhasil menumpas mereka.Ia
kemudian mengangkat dirinya sendiri menjadi Pasya di Mesir.
Pembaharuan yang dilakukan Muhammad Ali Pasya di Mesir
a.
Politik Luar Negeri
Menyadari ketertinggalan bangsa Mesir
dari peradapan barat,maka hubungan dengan negara-negara barat harus
diperbaiki.Dia mengirimkan 311 mahasiswa (1813-1849) untuk belajar di
Itali,Perancis ,Inggris dan Austria.Mereka belajar tentang ilmu-ilmu
kemiliteran,kedokteran,arsitek dan obat-obatan.
b.
Politik Dalam Negeri
1)
Membangun kekuatan Militer
Dia menyadari bahwa kekuasaannya
hanya dapat dipertahankan dan dibesarkan dengan kekuatan militer.Pada tahun
1815,untuk pertama kalinya dibangun sekolah militer di Mesir dengan mendatangkan
instruktur dari Barat.
2)
Ekonomi
Mesir adalah negara pertanian,untuk
mempertinggi hasil pertanian dilakukan perbaikan irigasi,penanaman bibit kapas
dari India dan Sudan,mendatangkan ahli pertanian barat dan memperbaiki pengangkutan.
3)
Pendidikan
Meskipun Muhammad Ali Pasya buta
huruf,namun dia mengerti tentang pentingnya pendidikan.Maka dibangunlah
berbagai sekolah seperti sekolah teknik, sekolah
kedokteran,pertambangan,pertanian dan sekolah penerjemah dengan mendatangkan
guru-guru dari barat.Sekolah penerjemah ini yang kemudian memperlancar
penerjemahan berbagai buku dalam bahasa Arab.
4)
Pemerintahan
Muhammad Ali Pasya memerintah dengan
diktaktor,dia memiliki penasehat tetapi putusan terakhir tetap ditangannya.
2.
Al Tahtawi(1801-1873)
Al Tahtawi adalah
pimpinan mahasiswa yang diutus Muhammad Ali Pasya ke Perancis.Ketika beumur 16
tahun,ia belajar di Kairo selama lima tahun .Kemudian mengajar di Al Ahzar
selama dua tahun hingga pada tahun 1824 diangkat menjadi imam tentara dan dua
tahun setelahnya baru dikirim ke Perancis.
Selama di Perancis
dia belajar bahasa Perancis dan berhasil menerjemahkan dua belas
buku.Diantaranya buku sejarah Alexander Makedonia,buku
pertambangan,adat-istiadat berbagai bangsa,akhlak dan sebagainya.
Setelah kembali ke
Kairo,dia menjadi pengajar bahasa Perancis dan penerjemah di Sekolah
Kesehatan.Dua tahun setelahnya dipindah di sekolah Artileri untuk memimpin menerjemahkan buku teknik dan
kemiliteran[3].Dia
juga pernah menjabat kepala sekolah penerjemah.Menerjemahkan Undang-undang
Perancis dalam Bahasa Arab dan karya-karya ilmu Khaldun.Memimpin surat kabar Waqa’iul
Misriyah yang tidak hanya berisi berita tetapi juga kemajuan ilmu
pengetahuan barat.
Al-Tahtawi
bukanlah seorang yang sekuler.Dia menghendaki Mesir maju seperti barat,namun
tetap dijiwai oleh agama dalam segala aspek.Salah satu jalan untuk
kesejahteraan adalah dengan berpegang dengan Agama dan akhlak.Oleh karenanya
pendidikan adalah penting untuk membentuk manusia berkepribadian dan patriotik
(hubbul wathan).Dia juga mencetuskan emansipasi pendidikan bagi
wanita,agar mereka bisa mendidik anak-anaknya,menjadi pathner suami dalan
kehidupan intelek dan sosial serta dapat pula bekerja.
Dalam hal
agama,Dia menghendaki agar para ulama mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan tidak menutup pintu ijtihad.
3.
Jamaluddin Al Afghani
(1839-1897)
Jamaluddin Al
Afghani lahir di Afghanistan.Dia adalah seorang tokoh pembaharuan yang tinggal
berpindah-pindah negara.Pada usia dua puluh tahun di Afghanistan dia menjadi
pembantu pangeran Dost Muhammad Khan,tahun 1864 menjadi penasehat Sher Ali
Khan,beberapa tahun kemudian menjadi perdana menteri oleh Muhammad A’zam
Khan.Tahun 1870,dia pindah ke Turki dan diangkat oleh Muhammad Ali Pasya
menjadi anggota Majelis Pendidikan Turki,kemudian pindah ke Iran dan diangkat
menjadi menteri penerangan ,selanjutnya pindah ke Mesir.
Konsep-konsep
pembaharuan yang diajukan di Mesir
a.
Musuh utama adalah penjajah
(barat)
b.
ummat islam harus menentang
penjajah dimanapun dan kapanpun
c.
untuk mencapai tujuan itu
,umat islam harus bersatu (Pan Islamisme)
Pan Islamisme bukan berarti leburnya kerajaan-kerajaan
islam menjadi satu,tetapi mereka harus mempunyai satu pandangan bersatu dalam
bekerja sama.Persatuan islam hanya dapat diperoleh bila berada dalam kesatuan
pandangan dan kembali kepada ajaran Islam .Untuk itu rakyat harus dibersihakan
dari kepercayaan takhayul,rukun iman harus benar-benar menjadi pandangan hidup,setiap
generasi harus ada intelektual-intelektual yang mencerdaskan dan setiap orang
harus yakin dapat mencapai derajat budi luhur.
Setelah menetap delapan tahun di Mesir ,dia kemudian
pindah di Paris dan mendirikan perkumpulan Al Urwatul Wusqa yang anggotanya
dari berbagai negara.Tujuannya adalah memperkuat rasa persaudaraan umat
islam,membela islam dan membawa islam pada kemajuan.Perkumpulan ini menerbitkan
majalah Al Urwatul Wusqa yang terkenal bahkan sampai Indonesia.
4.
Muhammad Abduh(1949-1905)
Muhammad Abduh
adalah murid dari Jalaluddin al Afghani.Dia belajar filsafat dan mulai menulis
untuk harian al Ahram.Dia berhasil menyelesaiakan pendidikannya di al Ahzar dan
mendapat gelar Alim.Dia kemudian menjadi dosen Al Ahzar dan Darul Ulum.
Dia sempat diusir
dari Kairo karena terlibat gerakan menetang Khadewi Taufik.Namun setahun
kemudian diperbolehkan kembali dan menjadi redaktur surat kabar Al Waqa’il
Misriyah.
Keterlibatannya
dalam pemberontakan Urabi Pasya,membuatnya diusir dari Mesir.Dia pergi ke
Beirut dan mengajar disana sebelum kemudian pindah ke Paris bergabung dengan
Jalaluddin al Afghani.
Beberapa pemikiran Muhammad Abduh
a.
Aspek kebebasan : dalam
usaha memperjuangkan cita-cita pembaharuannya memperkecil ruang lingkup pan
islamisme pada nasionalisme Arab saja dan menitik beratkan pada pendidikan.
b.
Aspek
kemasyarakatan:usaha-usaha pendidikan perlu diarahkan untuk untuk mencintai dirinya,masyarakat dan
negaranya.
c.
Aspek keagamaan: Muhammad
Abduh tidak menghendaki adanya taklid,pintu ijtihad selalu terbuka.
d.
Aspek pendidikan: Bahasa
Arab perlu dihidupkan dan diperbaiki metodenya dengan tidak hanya menghafal
tetapi dengan penguasaan dan penghayatan materi.Madrasah perlu ditambah dengan
pengetahuan-pengetahuan umum.
5.
Rasyid Ridho(1865-1935)
Rasyid Ridha
adalah salah satu dari murid Muhammad Abduh. Dia sempat bertemu dan berdialog
dengannya sewaktu Muhammad Abduh dibuang di Beirut.Hal ini meninggalkan kesan
mendalam dalam dirinya.Dia mencoba mencoba menerapkan ide-idenya di Suria
namun usahanya mendapat tentangan dari
Kerajaan Turki Usmani.Pada tahun 1989 ,dia pindah ke Mesir untuk melakukan
pembaharuan disana.
Dia menerbitkan
majalah al Manar untuk menyebarluaskan ide-ide pembaharuannya dalam bidang
agama,ekonomi,sosial dan memberantas takhayul dan bid’ah-bid’ah yang masuk
dalam ummat islam.Pada dasarnya pokok pemikirannya sama dengan Jalaluddin al
Afhani dan Muhammad Abduh,dimana titik tolak pembaharuan berpangkal pada
pemurnian ajaran islam baik dari segi akidah dan amaliyah.
Menurutnya ummat
islam mundur karena tidak lagi menganut ajaran islam yang sebenarnya dan adanya
paham fatalisme,ajran-ajaran tariqat atau tasawuf yang menyeleweng.
Aktivitasnya dalam
bidang pendidikan antara lain membentuk lembaga pendidikan al Dakwah Wal Irsyad
pada tahun 1912 di Kairo.Dalam bidang politik ,Rasyid Ridha menghendaki bentuk pemerintahan kekhalifahan yang tidak
absolut.,khalifah hanya bersifat koordinator,tidak mungkin dapat menyatukan
umat islam dalam satu sistem pemerintahan yang tunggal.
Persatuan islam
juga perlu dihidupakan kembali.Rasyid ridha tidak setuju dengan adanya
nasionalisme karena hal ini bertentangan dengan persatuan islam.Dalam persatuan
islam tidak ada perbedaan bangsa dan bahasa tetapi terciptanya persaudaraan dibawah satu
undang-undang yang dijalankan oleh khalifah yang tidak absolut dan mujtahid.
Beberapa tokoh
pembaharuan di Mesir yang juga merupakan murid dari Muhammad Abduh
diantaranyaQasyim Amin(1863-1908), Saad Zaghul dan Ali Abdurraziq.
[1]
Prof.Dr.Harun Nasution.Pembaharuan Dalam Islam Sejarah PEmikiran dan
Gerakan.(Jakarta:Bulan Bintang.1982) cet ke 2 hlm.29
[2]
Drs.H.M.Yusran Asmuni.Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan
dalam Dunia Islam.(Jakarta:PT.RajaGrafindo Persada.1998 cet.2 ) hlm67
[3]
Drs.H.M YusranAsmuni,hlm.74
terimakasih ini sangat membantu :-)
BalasHapus